I am (not) a perfect Bunda
Banyak orang yang bilang kalau #usiacantik di mulai di usia 35 tahun. Usia dimana kita sudah menemukan jati diri yang membuat kita menjadi wanita yang lebih sempurna.
Namun, itu tidak berlaku untuk saya. Di usia 35 tahun, saya malah kehilangan jati diri saya dan sempat mengalami post partum depression. Saya tidak akan mempercayainya jika sebelumnya, saya mendengar orang bisa mengalami post partum depression. Namun ternyata…. saya malah mengalaminya sendiri.
Semuanya berawal dari kehamilan saya. Saya akhirnya hamil setelah sepuluh tahun lebih menanti kehamilan tersebut. Seperti hampir semua wanita yang mendengar tentang kehamilannya, sayapun sangat sukacita mengenai kehamilan saya. Namun tidak seperti kebanyakan wanita hamil lainnya, kehamilan saya cukup sulit.
Di awal kehamilan, saya harus mengalami mual muntah parah hingga hiperemesis dan harus bolak balik di rawat di Rumah sakit. Belum genap sebulan saya pulih dari hiperemesis ketika saya terkena demam berdarah hingga kembali di rawat di rumah sakit untuk kesekian kalinya.
Pic dari google |
Usia kandungan saya baru memasuki enam bulan saat dokter kandungan memutuskan untuk mengikat jalan rahim saya melalui operasi kecil. Tindakan tersebut diperlukan karena posisi kandungan saya yang berada dibawah sehingga dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sayapun kembali masuk ke rumah sakit untuk tindakan operasi.
Setiap hari selama kehamilan, saya hanya bisa berdoa dan berusaha berpikir positif mengenai kandungan saya. Namun…selalu ada rasa khawatir akan keselamatan janin saya, akankah mereka bertahan dan melihat dunia?
Ternyata…anak saya memilih untuk lahir lebih cepat dari waktunya. Mereka lahir saat usia kandungan saya baru menginjak 32 minggu. Mereka lahir dengan berat badan hanya 1,2kg dan 1,7kg. Jibran, anak saya yang lahir terakhir sempat tidak bernapas selama beberapa menit. Namun, syukurlah dia akhirnya bisa bernapas.
Jika ibu baru lainnya bisa langsung mendekap buah hatinya, saya tidak dapat melakukan hal tersebut kepada kedua anak saya. Mereka berdua harus langsung diperiksa dan diberikan alat bantu hidup untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Saya baru beberapa jam tersadar dari pengaruh obat bius, saat dokter anak memberitahukan kalau bayi saya harus sesegera mungkin diberikan ASI. Asi tersebut diperlukan untuk memeriksa kesiapan saluran cerna mereka. Tidak seperti bayi lainnya yang lahir normal, dikhawatirkan terjadi permasalahan di saluran cerna mereka sehingga harus diperiksa secepat mungkin. Saya tak bisa berkata apa-apa karena saat itu belum ada setetespun ASI yang keluar dari payudara saya.
Tak seperti ibu-ibu lainnya yang lebih mudah mendapatkan donor ASI, saya kesulitan mendapatkan donor ASI untuk kedua anak saya. Maklum saja, anak saya sepasang cowok dan cewek sehingga akan menyulitkan jika saya mendapatkan donor ASI yang tidak punya hubungan keluarga sama sekali.
Alhamdulillah…salah satu sepupu saya baru melahirkan dan bersedia menjadi donor sementara. Ada rasa sedih karena kedua anak saya harus meminum ASI dari orang lain untuk pertama kalinya. Namun, saya tak punya pilihan lain lagi jika saya ingin mereka tetap ASI eksklusif.
Setiap harinya saya hanya bisa berdoa dan berusaha berpikir positif mengenai kondisi kedua anak saya selama mereka ada di NICU. Namun…tetap terselip rasa khawatir melihat keadaan mereka. Mampukah mereka tumbuh sehat dan sempurna seperti bayi-bayi lainnya?
Berbagai kekhawatiran itu membuat saya menjadi ibu yang super protektif. Saya juga ingin menjadi ibu sempurna seperti standar-standar ilmu parenting. Namun ternyata….pendidikan dan pengasuhan 2 orang anak yang memiliki sifat dan kebiasaan yang sangat berbeda seperti langit dan bumi, tidak semudah seperti yang saya baca di berbagai media dan juga berbagai kelas parenting. Mereka boleh berbagi rahim dan sumber makanan disaat yang sama tetapi mereka tidak memiliki sifat yang sama. Hanya satu kesamaan sifat mereka yaitu kekompakan mereka disaat berbuat jahil.
Hidup saya benar-benar terfokus kepada kedua bayi saya dan keinginan menjadi ibu yang sempurna. Saya tidak pernah berusaha untuk santai sejenak. Keinginan saya yang ingin menjadi ibu sempurna membuat saya berakhir dengan post partum depression. Saya bisa menangis hanya karena hal-hal kecil, selalu khawatir tidak bisa menjadi ibu yang baik, mudah lelah, tidak pernah mengurus diri sendiri, mood yang gampang berubah-ubah dan jadi mudah khawatir berlebihan.
Alhamdulillah…saya akhirnya bisa berangsur-angsur mengatasi post partum depression dengan bantuan suami dan keluarga, setelah hampir beberapa bulan mengalaminya. Saya berusaha untuk keluar dari cangkang saya. Saya yang tadinya tidak pernah bergaul semenjak punya anak, kini mencoba berkenalan dengan orang baru yang memiliki anak di usia yang sama agar kami bisa saling supportdan sharing.
Saya juga mencoba untuk menurunkan standar saya sebagai orang tua dan tidak lagi berusaha idealis mengikuti setiap kata dari ahli-ahli parenting. Saya mencoba berdamai dengan diri saya sendiri dan mensyukuri setiap momen yang ada. Perlahan tapi pasti, saya kembali menemukan jati diri saya.
Saat saya berusaha berdamai dengan diri saya sendiri, saya akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa. Saya berusaha menjadi seorang ibu yang bahagia daripada ibu yang sempurna.
Perawatan muka yang kini saya lakukan juga membantu rasa percaya diri saya. Ternyata…merawat muka dan diri sendiri perlu dilakukan bukan hanya untuk terlihat cantik tapi agar kita nyaman dengan diri kita sendiri. Tidak diperlukan perawatan muka yang mahal asal sesuai dengan jenis kulit kita.
Padahal saya sempat mengabaikan perawatan muka selama beberapa tahun. Kebahagiaan dan rasa percaya diri itupun terpancar dari diri saya yang menyebabkan muka saya juga terlihat lebih segar daripada sebelumnya.
Perawatan muka yang kini saya lakukan juga membantu rasa percaya diri saya. Ternyata…merawat muka dan diri sendiri perlu dilakukan bukan hanya untuk terlihat cantik tapi agar kita nyaman dengan diri kita sendiri. Tidak diperlukan perawatan muka yang mahal asal sesuai dengan jenis kulit kita.
Padahal saya sempat mengabaikan perawatan muka selama beberapa tahun. Kebahagiaan dan rasa percaya diri itupun terpancar dari diri saya yang menyebabkan muka saya juga terlihat lebih segar daripada sebelumnya.
Di usia saya yang ke 38 tahun, saya tidak lagi ingin mengulang masa lalu dan memperbaikinya. Tetapi, saya cukup belajar dari setiap momen dan pengalaman kehidupan yang telah saya lalui. Pengalaman yang telah membawa saya sampai ke titik ini.
Titik dimana saya bisa lebih percaya diri dan menikmati hidup saya. Titik dimana saya bisa merayakan kehidupan saya selama 38 tahun dan berbagi kisah hidup kepada orang lain. Mungkin…kisah hidup saya bisa menjadi inspirasi untuk seorang calon ibu lainnya hingga tidak mengalami hal yang sama seperti saya
“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift”
“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift”
Uyulita
April 6, 2018 at 9:16 amWhat a story sis..but so proud of u🙏🏻🙌🏻👌🏻
Sy pun was in those kinda situations for some times but yup support from suami and family dan sahabat2 Amat sangat membantu “keluar dari cangkang” yaakk ☺️☺️😉😉
Inshaa allah msh diberikan rejeki anak lagi coz rejeki ga ada yg tau selain Allah SWT..keep praying and never lose hope sissy 🙏🏻🙏🏻🙏🏻😘😘😘😘
Andina
March 5, 2017 at 4:02 pmInspiratif 🙂 semoga selalu berbahagia dengan keluarga ya mba
Lisna Ardhini
December 27, 2016 at 10:57 amSehat-sehat mba lia dan si keciiiil. Di usia cantik mba lia bahkan tambah prestasi di dunia blogging juga yaaa.. Semangat mbaak..
Pakde Cholik
December 27, 2016 at 10:57 amAnak adalah anugerah sekaligus amanah dari Tuhan. Selayaknya para orangtua mengemban amanah itu dengan sebaik-baiknya. Asih, asuh, dan asah anak diniatkan sebagai ibadah agar hasilnya barokah dan selalu on the right track.
Tak ada orangtua yang sempurna yang penting embanan amanah dilakukan dengan ikhlas dan benar.
Salam hangat dari Jombang
Nia K. Haryanto
December 27, 2016 at 10:57 amSubhanallah… lika-likunya benar-benar bikin terharu, mbak. Kuat banget dengan semuanya. Alhamdulillah semua teratasi dengan baik. Mbak Lia cantik banget. Gak nyangka kita seumur. Salam buat si kemaren Almira dan Jibran. 🙂
Neisia Larasati
December 27, 2016 at 10:57 amTerharu baca ceritanya Mba :')
sehat-sehat selalu ya adek Almira & Jibran..
Vety Fakhrudin
December 27, 2016 at 10:57 amterharu banget mbak aku bacanya…terutama dibagian yang sampe harus diikat jalan lahirnya. soalnya dulu ada temen sampe 2x keguguran padahal nunggunya juga lama. dan dokter juga sempat hampir melakukan tindakan tersebut
Dhanang Sukmana Adi
December 27, 2016 at 10:57 ampokoknya gedenya sehat walafiat ya mak 🙂
Lia Djabir
November 27, 2016 at 6:01 ambener banget maaak…untung bertemu dgn dirimu n emak2 juliers lainnya
Lia Djabir
November 27, 2016 at 6:00 amwahh syukurlah kalo gak berlangsung lama. smoga disegerakan yaaa
Lia Djabir
November 27, 2016 at 5:59 amiyaa mba…hanya ada ibu sempurna di sosial media hehehe
Lia Djabir
November 27, 2016 at 5:59 ammakasi mba 🙂
iyaa mba…setiap ibu punya kisah masing2
Lia Djabir
November 27, 2016 at 5:58 amamiiin makasi yaa…merawat muka n diri kita sendiri itu harus loh. krn percaya diri itu perlu banget
Lia Djabir
November 27, 2016 at 5:58 amiyaa kak…biar muka cantik tp dalamnya gak cantik, tetap akan terpancar juga
Lia Djabir
November 27, 2016 at 5:57 amharus itu mba wkakkakaka…makasi sdh mampir
Lia Djabir
November 27, 2016 at 5:57 amiyaa pdhal yg paling penting menjadi bahagia dgn semua keadaan itu. big hug juga u onty qiah
Lia Djabir
November 27, 2016 at 5:56 amamiiin yra…smoga si janin sehat2 juga yaa ampe lahir
alfulaila
November 26, 2016 at 4:42 amTerharuku kak liaa :') semoga Alji selalu sehat-sehat ya kak..kita juga 😘
Zilqiah Angraini
November 26, 2016 at 4:42 amKakk Liaaaaa… terharuu bacanya
Yup kadang kita pengen selalu jd sempirma sesempurna teorinyg qt baca sampai lipa bahagiakan diri, padahal sememangnya yg dibutuhkan adalah menjadi bahagia…
big hug for alji 😘
iRa
November 26, 2016 at 4:42 amTernyata semakin berumur semakin mengagumkan #eh
Eryvia Maronie
November 26, 2016 at 4:42 amKarena cantik itu bukan hanya pada tampilan fisik 🙂
dweedy ananta
November 26, 2016 at 4:42 amAduh saya mi itu juga kak dak sempat merawat diri (muka khusunya) semanjak jadi ibu. Hikssss *eh malah curcol*
Semoga menang ya kak 😊
Ika Hardiyan Aksari
November 26, 2016 at 4:42 amSi kembar, lucunyaaaa…
Nggak bisa ngebayangin saat PPD itu hadir Mbak. Aku aja yang luka jahitan di alat kelamin nggak sembuh2 udah stressss bgt. Ah, setiap ibu emmang punya cerita tersendiri ya saat melahirkan.
Tapi ku tahu, dirimu stroooonggg bgt.
Bunda
November 26, 2016 at 4:42 amBu lia memang bukan bunda yg sempurna, karena memang tidak ada ibu yg sempurna di dunia ini.
Ndy Pada
November 26, 2016 at 4:42 amSaya sempat post partum syndrome jg kak, beberapa hari setelah lahiran. Untungnya gak begitu lama, alhamdulillah bisa terlalui. Sekarang pengen punya baby lagiii..
#eh kok malah curcol.
Thanks for sharing kak lia. Inspiring!
Sandra
November 26, 2016 at 4:42 amKeren Lia! menemukan support grup dan teman2 yang bisa diajak sharing dari A-Z emang bantu banget, tanpa ada judgment apapun & ngga bikin kita jadi merasa ibu yg paling buruk sedunia 🙂